Kamis, 02 Juli 2020

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL



TIGA POINTER DALAM SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
1.    Pengendalian preventif, detektif dan korektif.
Dalam kegiatan pengendalian, terdapat 3 tipe pengendalian, yaitu preventiv, detektif dan korektif. Perbandingan antara ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut:

a.    Pengendalian Preventif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan (error condition) dari suatu proses bisnis, atau dengan kata lain pengendalian yang dilakukan sebelum masalah timbul. Kegiatan pengendalian ini relatif murah jika dibandingkan kedua tipe pengendalian lainnya.
Contoh pengendalian preventif:
1. Dibuatnya standar operasional prosedur untuk suatu kegiatan entitas;
2. Dibuatnya pemisahan fungsi dalam suatu entitas;
3. Dibuatnya rentang otorisasi dalam suatu entitas.

b.    Pengendalian Detektif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan dalam rangka mencari atau mendeteksi adanya suatu permasalahan dan mencari akar permasalahan tersebut, atau dengan kata lain pengendalian yang dilakukan dimana telah terdapat suatu permasalahan. Kegiatan pengendalian ini lebih mahal dari kegiatan pengendalian preventif.
Contoh pengendalian detektif:
1. Dilakukan rekonsiliasi kas;
2. Dilaksanakannya audit secara periodik;

c.     Kegiatan Korektif
Yaitu kegiatan pengendalian yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi jika terdapat suatu permasalahan yang menyebabkan resiko tidak tercapainya tujuan organisasi, yang telah ditemukan pada kegiatan pengendalian preventif maupun detektif. Kegiatan Korektif relatif lebih mahal dari kegiatan peventif maupun detektif.
Contoh kegiatan korektif:
Dilakukannya perbaikan suatu sistem informasi atas kesalahan data yang disebabkan adanya eror dalam sistem informasi suatu entitas

2.     Integritas dan keandalan pemrosesan.
Pengendalian berikut ini sesuai untuk beberapa prinsip keandalan, yaitu: perencanaan strategis dan penganggaran, mengembangkan rencana keandalan sistem, dan melaksanakan dokumentasi.

Tabel Ringkasan Pengendalian Umum Utama Keandalan
Kategori Pengendalian
Ancaman/Risiko
Pengendalian
Perencanaan strategis dan penganggaran
Sistem Informasi mendukung strategi bisnis, kurangnya penggunaan sumber daya, kebutuhan informasi tidak dipenuhi atau tidak dapat ditanggung
Rencana strategis berlapis yang secara periodik dievaluasi, tim penelitian dan pengembangan untuk menilai dampak teknologi baru atas jalannya bisnis, anggaran untuk mendukung rencana strategis.
Mengembangkan rencana keandalan sistem
Ketidakmampuan untuk memastikan keandalan sistem
Memberikan tanggung jawab perencanaan ke pihak manajemen puncak; secara terus-menerus meninjau dan memperbarui rencana; mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan menguji kebutuhan, tujuan, kebijakan, dan standar keandalan pemakai; mengidentifikasi dan meninjau seluruh persyaratan hukum yang baru maupun yang telah diubah; mencatat permintaan pemakai atas perubahan; mendokumentasikan, menganalisis, dan melaporkan masalah dalam hal keandalan sistem; menetapkan tanggung jawab kepemilikan, penyimpanan, akses, dan pemeliharaan atas sumber daya informasi; mengembangkan program kesadaran atas keamanan serta mengkomunikasikannya pada seluruh pegawai; meminta pegawai baru untuk menandatangani perjanjian keamanan; melaksanakan penilaian risiko atas seluruh perubahan dalam lingkungan sistem.
Dokumentasi
Desain, operasi, tinjauan, audit, dan perubahan sistem yang tidak efektif
Dokumentasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori dasar, yaitu: (1) Dokumentasi administratif(standar dan prosedur untuk memproses, menganalisis, mendesain, memprogram, menangani file dan menyimpan data), (2) dokumentasi sistem (input aplikasi, tahap pemrosesan, output, kesalahan penanganan), (3) dokumentasi operasional(konfigurasi perlengkapan, program, file, susunan dan pelaksanaan prosedur, tindakan korektif).

3.    Authorization/access control 
Kontrol otorisasi, adalah proses membatasi akses pengguna dikonfirmasi ke bagian tertentu dari sistem dan membatasi tindakan apa yang mereka diizinkan untuk melakukan.
Kontrol otorisasi sering dilaksanakan dengan menciptakan matriks kontrol akses. Kemudian, ketika seorang karyawan mencoba untuk mengakses sistem informasi khususnya sumber daya, sistem melakukan tes kompatibilitas yang cocok kredensial otentikasi pengguna terhadap matriks kontrol akses untuk menentukan apakah karyawan yang harus diizinkan untuk mengakses sumber daya itu dan melakukan tindakan yang diminta.




Sumber : http://asalila.blogspot.com/2017/05/3-pointer-dalam-sistem-pengendalian.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perhitungan Bunga Deposito

SIMPANAN DEPOSITO Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Deposito adalah : ‘ Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada ...